Hushspace, Kamis, 01/05/2025

   Anggota Aliansi Perempuan Indonesia, Salsa. (foto: Hushspaceid)

Hushspace.id, Jakarta – Pergerakan hari buruh Internasional pada Kamis, 1 Mei 2025 saat ini belum juga tuntas dengan berbagai tuntutan untuk para buruh di Indonesia. Aksi ini bertempat di depan Gedung DPR, Jakarta Pusat. Aksi ini merupakan pergerakan dari Aliansi Gerakan Buruh Bersama atau gerakan menggelar aksi peringatan Hari Buruh Internasional.

Pergerakan ini dihadiri oleh banyak kalangan massa seperti konfederasi serikat buruh, serikat pekerja kampus, organisasi pegiat hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). Selain itu, ada juga organisasi perempuan Indonesia, dan jaringan masyarakat sipil lainnya. Polisi juga ikut untuk menjaga ketertiban dan keamanan situasi di lokasi setempat.

Aliansi Gerakan Buruh Bersama ini melihat tanggal merah bagaikan kesempatan untuk menyuarakan hak-hak buruh dan menuntut perlindungan buruh. Pernyataan yang disuarakan pada saat aksi yaitu masih banyaknya kebijakan buruk dan perlakuan represif dari pemerintah negara.

Menurut Aliansi Perempuan Indonesia, kondisi buruh perempuan pada saat ini masih memprihatinkan karena kondisinya masih banyak perlakuan eksploitasi, diskriminasi antar gender, kekerasan, dan pelecehan seksual.

“Kondisi buruh perempuan di Indonesia saat ini saya rasa tidak berlebihan kalau dibilang memprihatinkan ya karena kondisinya masih banyak eksploitasi. Kemudian diskriminasi gender di tempat kerja, banyak juga terjadi kekerasan, dan pelecehan begitu.” Pernyataan dari Salsa, perwakilan dari Aliansi Perempuan Indonesia (API).

Bagi Salsa, harapan terbaik untuk para buruh di Indonesia, khususnya buruh perempuan, adalah tidak adanya solusi palsu yang disarankan lagi dari pemerintah, jangan lagi menjanjikan yang kita tahu itu hanyalah janji tanpa realiasi. Ia menilai, dampaknya justru sering kali merugikan buruh, terutama perempuan.

“Jadi kami harap pemerintah lebih banyak melibatkan masyarakat, lebih banyak melibatkan perempuan, dalam perumusan undang-undang atau perumusan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan buruh juga perempuan. Kemudian juga tidak memberikan solusi-solusi jangka pendek seperti mungkin program makan gratis atau misalnya subsidi rumah dan semacamnya karena yang kami membutuhkan jauh di atas itu semua adalah perlindungan terhadap pekerjaan kami perlindungan terhadap diri kami sebagai buruh dan sebagai perempuan.” tutur Salsa. 


Penulis: Tegar Putra

Editor: Rendi Saputra